Jumat, 30 Juli 2010
Seorang anak yang sayang terhadap kedua orang tuanya yang akan tetapi dia tidak bisa memberi kebahagian di akhir hidupnya. Dia yang sangat merasa menyesal atas semua yang telah terjadi, harus menanggung hidupnya sendiri tanpa seorang pun menemani. Mengapa rasa penyesalan harus selalu datang di akhir bagian? Sampai kapan penyesalan itu harus dia rasakan? Apakah semuanya akan baik –baik saja?

Waktu itu umurnya masih 17 tahun, di sekolahnya dia selalu menjadi bahan ejekan teman –temannya. Dia seorang anak tukang jahit, ayahnya seorang penjudi. Dan abangnya menjadi buronan polisi. Setiap hari ia berusaha membantu ibunya bekerja seusai sekolah dengan berjualan Koran. Dia seorang anak yang rajin belajar, bekerja dan terutama beribadah. Dia seorang anak yang patuh dan tidak pernah mengatakan tidak pada kedua orang tuanya, walau terkadang perintah itu salah dia tidak akan membantahnya.
Di sekolahnya dia selalu menjadi bahan ejekan teman –temannya. Akan tetapi prinsipnya bahwa “tidak ada yang sempurna didunia ini” mengalahkan segalanya. Ia tak pernah menghiraukan teman –temannya itu. Walau akhirnya ia menjadi korban kekejaman kawannya, ia difitnah bahwa dia merupakan seorang murid yang tidak bermoral yang kerjanya hanya menjual diri di luar rumahnya. Akibat kebohongan itu dia harus dikeluarkan dari sekolah.
Ketika ayahnya mendengar berita itu, dia  dan ibunya langsung dipukuli dan disiksa hingga mereka harus menahan sakitnya luka memar di tubuhnya. Dan ibunya hanya menangis melihat sikap suaminya yang sadis itu.
Suatu hari, dia harus kehilangan sesosok ibu yang sangat ia cintai. Setelah sakit yang diderita selama hidup tiba –tiba datang menyerang. Jantung merupakan salah satu penyakit yang menyiksa hidup seseorang. Kini dia hidup sendiri. Sejak ibunya meninggal dia hanya tinggal sendiri tanpa seorang pun menemani, sejak itu pula ayahnya pergi dan tak pernah kembali. Pernah berhembus kabar bahwa ayahnya sudah meninggal terbunuh karena terlibat dengan mafia. Ada pula yang mengabarkan bahwa ayahnya itu masih hidup di balik jeruji besi.
Setelah hampir 6 bulan dia sendiri menanti ketidak pastian hidup di kampungnya, ia memutuskan untuk pergi mengadu nasib di kota. Siapa yang akan tau bagaimana nasibnya di sana nanti? Umurnya belum genap 18 tahun saat itu. Dan dia akan menghadapi kerasnya kehidupan metropolitan.
Seorang gadis berumur 17 berjalan di kegelapan malam sendiri tanpa seorang pun menemani. Preman, banci, orang mabuk, pelacuran, dan semua kenegativan kehidupan malam dia lihat. Tidur beralaskan tanah dan beratapkan langit.

By Im ~ Azizah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

 
;