Ya ALLAH, hatiku kembali dirundung kegelisahan. Hari berlau, dan besok adalah tepat hari pertunangan Aim dan Inez. Aku sungguh tak sanggup rasanya melihat tawa senyum bahagia semua orang dirumah ini. Mereka semua telah sangat bersiap dengan pakaian, kain,
putuskan habiskan kekecewaanku disini. Tak baik juga aku berlarut pada ini semua. Apa kata dunia nanti?!
Berjalan di atas pasir pantai yang menyisakan pijakan kakiku. Seperti halnya luka yang aku rasakan saat ini. Akan membekas, tapi akan terhapus oleh deburan air laut yang pasang, dan badai tepi pantai. Semua pasti bisa kembali seperti semula, perlahan tapi pasti.
“Kalau ibu sudah meninggal, jangan kamu tunggu siapa –siapa lagi untuk segera menguburkan jasad ibu nak…” Pesan Almarhumah Bunda sesaat sebelum hembusan nafas terakhirnya.
Lalu Annisa bagaimana? Dia hanya anak terakhir yang tinggal sendiri tanpa siapa –siapa lagi sekarang. Ia tak punya hak penuh untuk memenuhi semua itu. Satu demi satu delapan orang lelaki dan perempuan yang masih menjadi satu darahnya ditelponya.
Langganan:
Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "



- Follow Us on Twitter!
- "Join Us on Facebook!
- RSS
Contact